Rumah tradisional senantiasa menjadi ciri khas yang menunjukkan kekhasan budaya suatu daerah. Di Indonesia saja, begitu banyak jenis rumah adat yang eksistensinya masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya adalah gambar rumah tradisional Jawa Tengah atau yang sering disebut dengan rumah Joglo. Jenis rumah ini sangat unik, dengan atap yang sangat khas, berbentuk trapesium. Biasanya, rumah joglo ini disangga dengan 4 pilar utama yang berada di sekeliling rumah. Gambar rumah adat Jawa Tengah atau yang disebut dengan Joglo ini pun memiliki keunikan saat kita membedah bagian dalam isi rumah. Keunikan rumah joglo ini terletak pada 3 bagian rumah yang digunakan untuk menjamu tamu. Bagian-bagian ini menunjukkan kedekatan orang rumah terhadap orang-orang tertentu. Untuk menjamu tamu asing, dilakukan di bagian Pendopo. Sementara itu, menjamu teman-teman dekat di lakukan di Pringgitan, sedangkan Omah Ndalem merupakan bagian yang digunakan untuk keluarga berkumpul.
2. Rumah Adat Aceh
Rumah Adat Rumoh Aceh – Rumah Aceh yang dibangun menyerupai rumah tempat tinggal tradisional masyarakat Aceh, berbentuk rumah panggung. Lantai bangunan ini dirancang setinggi 9 kaki atau lebih dari permukaan tanah. Bersandar pada tiang-tiang penyangga dari kayu dengan ruang kolong di bawahnya. Luas lantai bangunan Rumah Adat Rumoh Aceh ini lebih dari 200 m2 dengan tinggi atap pada bagian rabung lebih kurang 8 m. Keistimewaan “Rumah Aceh” dan sejenisnya terletak pada segi kekokohan bangunannya; walaupun bagian-bagian Rumah Adat Rumoh Aceh hanya dipersatukan dengan ikatan tali ijuk, pasak serta baji sebagai pangganti paku dan sekrup.
Tiang-tiang Rumah Adat Rumoh Aceh ini terbuat dari jenis kayu keras pilihan yang rata-rata berdiameter lebih kurang 20 cm, dan berjumlah 44 buah tegak berjajar dalam posisi 4 x 11 memanjang dari Timur ke Barat. Penempatan tangga dengan jumlah anak tangga genap masing-masing 14 buah, di ujung Timur bawah “seuramoe keue” dan di ujung Barat bawah “seuramoe likot”, berkesan tidak biasa.
Jajaran tiang-tiang Penyangga Rumah Adat Rumoh Aceh
Dalam masyarakat Aceh tidak dikenal adanya istilah rumah adat. Fungsi masing-masing ruangan ini ditata agar sedapat mungkin menggambarkan fungsi pokok-pokok ruangan pada rumah tempat tinggal tradisional masyarakat Aceh.
Untuk memasuki Rumah Adat Rumoh Aceh , pertama-tama harus melewati “reunyeun” (tangga). Dengan menaiki “reunyeun” dan melalui pintu depan sampailah di “seuramoe keue” (serambi depan).
Demikian artikel tentang Rumah Adat Rumoh Aceh semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda mengenai budaya dan tradisi di Indonesia.
Artikel yang tekait dengan Rumah Adat Rumoh Aceh : arsitektur rumoh aceh, rumah adat tradisional : rumoh aceh, pakaian adat aceh, rumoh aceh wikipedia, rumoh aceh yang terlupakan, sejarah rumoh aceh, rumoh aceh kupi, Rumah Adat Rumoh Aceh, rumoh aceh (rumah adat nanggroe aceh darussalam)
3. Rumah Adat Sumatera Utara
Dinding rumah dibuat miring, berpintu dan jendela yang terletak di atas balok keliling. Atap rumah berbentuk segitiga dan bertingkat tiga, juga melembangkan rukut-sitelu. Pada setiap puncak dan segitiga-segitiga terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya. Pinggiran atap sekeliling rumah di semua arah sama, menggambarkan bahwa penghuni rumah mempunyai perasaan senasib sepenanggungan.
Bagian atap yang berbentuk segitiga terbuat dari anyaman bambu disebut lambe-lambe. Biasanya pada lambe-lambe dilukiskan lambang pembuat dari sifat pemilik rumah tersebut, dengan warna tradisional merah, putih dan hitam. Hiasan lainnya adalah pada kusen pintu masuk. Biasanya dihiasi dengan ukiran telur dan panah. Tali-tali penginkat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang, maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala saling bertolak belakang melambangkan semua penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling menghormati.
Salah satu rumah adat yang menarik ialah rumah adat Batak Karo. Rumah adat ini dikenal juga sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu memiliki pengertian sebuah rumah yang didiami delapan keluarga. Masing-masing keluarga memiliki peran tersendiri di dalam rumah tersebut.
Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.
Selain itu, keunikan rumah ini ialah tidak adanya sekat yang membatasi setiap ruangan. Akan tetapi, pembagian tersebut menggunakan garis-garis adat yang sangat kuat, meskipun tidak terlihat. Setiap ruangan sudah memiliki nama dan siapa saja yang harus menempati ruangan tersebut.
Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah adat Batak Karo ditentukan oleh adat Karo. Secara garis besar rumah adat ini terdiri atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu.
4. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar(Riau)
Rumah Adat Daerah Riau sebenarnya ada beberapa kategori, Namun pada umumnya rumah panggung yang berdiri diatas tiang penyangga lantai bangunan berbentuk persegi panjang, Ujut dan nama rumah tradisional daerah Riau bisa dikelompokkan dalam 5 jenis dam yang setiap bentuk mewakili daerah kabupaten masing masing. Kenapa bisa begitu. Karena secara geografi provinsi Riau itu terpisah air antara satu dengan lainnya. Mungkin jaman dahulu karena faktor tersebut yang mengakibatkan tiada komuikasi dan saling mengisolasi, Maka antara satu daerah dan lainya walau agak mirip tapi bentuk budaya dan rumahnya sedikit beda, Kalau kita berkunjung keliling di Provinsi Riau untuk menikmati objek wisata Riau, disana kita akan sangat mudah menjumpai jenis rumah tradisional Melayu Atap Limas, Balai Salaso Jatuh, Rumah Melayu Lipat Kajang , Rumah Melayu Atap Lontik dan Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar. Namun, kalau kita berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah. Disana Rumah Adat di anjungan Riau itu bernama SELASO JATUH KEMBAR. Kenapa begitu.? Berikut hasil riwayat dipakainya nama rumah adat Riau SELASO JATUH KEMBAR yang didapat situs tips wisata murah Nama Rumah adat tradisional SELASO JATUH KEMBAR tersebut dimunculkan untuk mewakili Provinsi Riau setelah melalui berbagai tahapan. Konon menurut ceritanya ketika Taman Mini Indonesia Indah didirikan. Semua provinsi harus mengirim semacam miniatur rumah adat untuk dijadikan ikon daerah di anjungan TMII. Menurut kabarnya karena Riau itu memiliki 5 jenis rumah adat, maka pemerintah setempat menginstruksikan pada para ahli dibidangnya untuk membantu merumuskan. Dan akhirnya Nama SELASO JATUH KEMBAR resmi jadi rumah adat tradisional Riau.
Rumah adat Bengkulu bernama Bubungan Lima. Secara umum, bangunan ini tergolong rumah panggung. Sejatinya, nama “Bubungan Lima” melekat bukan tanpa alasan. Ia merujuk pada atap rumah tersebut. Selain disebut dengan “Bubungan Lima”, rumah adat Bengkulu ini juga terkadang dikenal dengan nama “Bubungan Haji” “Bubungan Limas”, dan juga “Bubungan Jembatan”.
Rumah apik nan cantik ini umumnya terbuat dari kayu medang kemuning atau dikenal juga dengan nama balam. Kayu ini dipilih sebab karakternya lembut namun ia tahan lama bahkan hingga ratusan tahun. Adapun bagian lantai rumah Bubungan Lima ini terbuat dari papan,. Bagian atapnya disusun dari ijuk enau bisa juga sirap. Bagian depan rumah terdapat tangga. Anak tangga ini berjumlah ganjil sebab berkaitan dengan adat dan kepercayaan setempat.
Jika didasarkan pada literatur yang ada, sebenarnya, rumah adat Bengkulu ini tidak ditujukan untuk tempat tinggal umum. Rumah Bubungan Lima memiliki fungsi khusus yakni sebagai tempat dilaksanakannya berbgai ritual adat seperti kelahiran, penyambutan tamu, perkawinan, dan juga kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar